Satu Guru Melek Digital Guru Lain Terinstal, Strategi Pembelajaran Abad 21


 Memasuki Era Baru, Era Disruptif

Waktu berdesing begitu cepat laksana anak panah yang terlepas dari busurnya. Tiba-tiba kita terdampar di abad 21. Era baru dalam perkembangan dunia. Para ahli menyebutnya dengan era industri 4.0 atau era digital.

Rhenald Kasali dalam buku Disruption (2017) mendefinisikan  hal tersebut dengan istilah disrupsi, yaitu inovasi yang menggantikan seluruh sistem lama dengan cara-cara baru, menggantikan pemain lama dengan pemain baru, menggantikan teknologi lama dengan teknologi digital yang menghasilkan sesuatu yang benar-benar baru, efisien dan bermanfaat.

Beberapa sektor publik yang biasanya ditangani oleh manusia mulai bergeser ke robot/mesin, atau piranti yang lain. Petugas toll bergeser ke mesin e-toll. Mengambil uang cukup dengan menggesekkan kartu ATM di Anjungan Tunai Mandiri. Membeli barang cukup melalui gawai, barang akan diantar beberapa saat kemudian. Bahkan membeli bakso atau jajanan tinggal klik di aplikasi go food, tunggu beberapa menit, makanan yang dipesan sudah siap untuk disantap. Luar biasa bukan?

Menurut Rhenald Kasali seorang professor jurusan Manajemen Universitas Indonesia, mengatakan bahwa disruptif itu bukan sekedar fenomena hari ini, melainkan fenomena hari esok yang dihadirkan pada saat ini. Tidak ada yang bisa diubah kecuali dihadapi terlebih dahulu.

Apakah era disruptif akan berpengaruh dalam dunia pendidikan? Bagaimana guru menyiapkan dirinya dalam menghadapi dunia digital?

Mendidik Gen Z, Sebuah Refleksi Guru

  Menurut Anjali Singh yang penulis kutip dari bukunya Ary Yuliana  menjelaskan bahwa generasi Z adalah generasi yang lahir antara tahun 1995-2012. Mereka disebut sebagai digital natives karena lahir di tengah pertumbuhan teknologi yang sangat pesat. Berdasarkan penelitiannya dia menemukan bahwa anak generasi Z mahir teknologi (tech savvy), dewasa sebelum waktunya (prematurely mature), manja (pampared), terbedayakan (empowered), menghindari risiko (risk averse), dan terlindungi (protected). Mereka juga dikenal dengan generasi milenial.

Dalam ranah pendidikan situasinya cukup mengkhawatirkan. Dimana guru mengajar peserta didik yang memiliki akses informasi yang lebih luas dan cepat. Di kelas ‘zaman now’ tanpa sepengetahuan guru dan orang tua mereka mengakses berbagai informasi konten sesuai dengan keinginan mereka. Internet of Things ( Io T) telah memanjakan mereka. Dengan gawai di tangan generasi Z bisa melakukan apa saja. Sembari mengikuti pembelajaran mereka diam-diam mengunggah foto di medsos, berkomunikasi dengan sahabat mayanya, mengakses konten hiburan, informasi, jual beli online, game online dan sebagainya.

Mungkin karena banyaknya waktu yang mereka habiskan di dunia digital, maka nilai kesopanan dan tata krama mulai terkikis. Mulailah saat ini guru dan orang tua mengeluhkan mereka. Beberapa guru dan orang tua mengeluh bahwa mereka berbeda jauh dengan generasi guru dan orang tua saat mereka masih sekolah.

Guru mulai merasa kewalahan dalam mengendalikan peserta didik. Permasalahan yang sering dikeluhkan diantaranya adalah peserta didik sulit diatur, tidak mengindahkan tugas, telat mengumpulkan tugas, tidak sopan, mengabaikan pesan guru dan lain sebagainya.

Dari sisi peserta didik pun tidak gampang. Berbagai tekanan dari gurunya membuat mereka semakin jengah. Jumlah pelajaran dan target yang harus diraih membuat mereka terengah-engah. Di sisi lain peserta didik  menemukan kebahagian sendiri dengan berselancar di dunia digital. Mereka menemukan tantangan baru yang mengasyikkan. Selain itu mereka mendapat penghargaan atas pencapaian mereka di dunia digital. Keberadaan dan kemampuan mereka diakui.

Guru Harus Melek Digital dan Menularkannya Pada Guru Lain

Peran guru sebagai agen perubahan tidak bisa dihilangkan begitu saja. Walaupun generasi Z memiliki kelebihan dalam penguasaan teknologi dan memiliki kecepakatan akses informasi yang cepat, namun kehadiran guru mutlak diperlukan.

Tidak bisa dipungkiri bahwa peserta didik mungkin lebih pandai dibanding dengan gurunya. Mereka bisa mempelajari secara bebas dan menyenangkan dengan browsing melalui gawai. Mereka dengan mudah dapat menemukan jawaban-jawaban dari permasalahan yang diajukan guru. Melalui mesin pencari google peserta didik dengan cepat menemukan jawaban yang tepat.

Walau demikian ada yang tidak mereka dapatkan di dunia digital. Menurut hemat penulis, setidaknya ada empat nilai yang tidak mereka dapatkan di dunia digital. Empati, kasih sayang, tata krama dan kedisiplinan tidak ada dalam dunia maya. Hanya dengan sekolah dan bertemu guru nilai itu bisa dipelajari.

Misalkan saja ketika salah satu siswa sakit. Teman mayanya dengan serta merta mengirimkan pesan dan berdoa agar lekas sembuh. Namun hanya ucapan saja.

Beda cerita ketika teman sekelas mengetahuinya sedang sakit. Mereka berbondong-bondong berkunjung ke rumah dengan membawa oleh-oleh seadanya. Ada rasa haru di sana ketika melihat teman-teman sekelas datang menjenguk. Nah hal ini yang tidak bisa didapatkan dari teman mayanya.

Agar peserta didik selamat dalam rimba digital, maka bekalilah mereka dengan  literasi digital, yaitu: kecakapan digital, etika digital,budaya digital dan keamanan digital. (Keterangan ada di gambar atas)

Untuk mengimbangi peserta didik yang memiliki kelebihan dalam dunia digital, maka guru harus mengejar ketinggalan tersebut. Kalau guru bertahan dengan metode lama dan tidak berusaha mengup grade diri, maka guru akan ditinggalkan oleh peserta didik.

Notes. Foto penulis di kelas PTM terbatas

Resolusi Guru Menuju Tahun 2022

Tom Hierick (2017) pernah mengatakan bahwa guru yang mengajar saat ini adalah orang dewasa produk abad 20 dengan kurikulum abad 19. Sedangkan peserta didiknya adalah generasi abad 21. Hal ini menggambarkan bahwa  kebanyakan guru adalah hasil pemikiran abad sebelumnya yang berbeda sama sekali. Tentunya hal ini tidak bisa bertahan sejalan dengan perubahan abad 21.

Yang perlu dilakukan guru agar sesuai dengan pembelajaran abad 21:

  1. Merubah mindset bahwa sekolah atau guru bukan satu-satunya sumber belajar. Banyak sumber belajar di luar sana yang bisa peserta didik dapatkan dengan mudah dan menarik. 
  2. Guru humanis dan peka kondisi peserta didik. Mereka mungkin akan mendapatkan kebahagiaan dengan bermain internet, namun mereka tidak akan bisa memperoleh perhatian dan bimbingan dari guru. Bimbingan guru sangat urgen untuk membentuk manusia tangguh dalam menghadapi zaman yang sulit.
  3.  Guru melek dunia digital,dan menularkannya pada guru lain sampai terinstal. Selain memiliki empat kompetensi pendidik, guru milenial harus melek dunia digital.Kemampuan melek digital  ini mutlak dan harus menularkannya kepada guru lain sampai ilmunya terinstal di otak. 
  4. Guru berpikiran terbuka terhadap perubahan. Guru dengan penuh kesadaran   berusaha belajar hal baru. Kalau guru tidak berusaha mengembangkan diri dengan mengikuti pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan, maka guru akan ditinggalkan oleh peserta didik.

Demikian tulisan singkatku semoga bermanfaat. Hidup Guru.

 Biodata singkat penulis. Nama lengkap Mohamad Bajuri, S.Ag.,M.Pd. Guru di MTsN 3 Kebumen Jateng. 54393

#SATUGURU

Notes Video kegiatan Satu Guru Satu Ilmu

 

Notes, Video Satu  Guru



Satu Guru Melek Digital Guru Lain Terinstal, Strategi Pembelajaran Abad 21 Satu Guru Melek Digital Guru Lain Terinstal, Strategi Pembelajaran Abad 21 Reviewed by Mohamad Bajuri on Desember 24, 2021 Rating: 5

19 komentar:

  1. Empati,kasih sayang .tata Krama dan kedisiplinan tak diajarkan dunia Maya ....gurulah yang bisa memberikannya. Siip..👍

    BalasHapus
  2. Empat hal yang harus di lakuhan seorang guru agar sesuai dengan prmbelajaran abad 21. Semangat Pak BJ.

    BalasHapus
  3. Great pak mari berkolaborasi dan bersinergi dalam mengedukasi anak Negeri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siap Ibu, demi anak bangsa apapun akan rela dilakukan

      Hapus
  4. Terimakasih pak artikel ini sangat bermanfaat kepada pembaca terutama para guru-guru dan mahasiswa jurusan guru sekalian 🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah semoga tulisan pendek ini bisa bermanfaat untuk kemajuan pendidikan Indonesia.

      Hapus
  5. Wah keren tulisan. Cocok kemarin dapat reward ya. Selamat ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya Bunda, aku tak menyangka tulisan yang sederhana dapat penilaian bagus dari yuri

      Hapus
  6. Waah Bapak Keren Aktif juga Bloggernya , Salam Kenal
    silakan mampir yaa Pak ...

    https://afniberbagicerita.blogspot.com/2021/12/pundi-pundi-digital-menanti.html

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya siap Ibu.. Sudah mampir ya. dan terima kasih atas kunjungannya. Terima kasih oleh-olehnya.

      Hapus
  7. Masyaallah tabarakallah.

    Penting adanya untuk kita para pendidik yang hidup di zaman mutakhir zaman serba teknologi, dengan cara terus meningkatkan kualitas diri, menyeimbangkan diri sesuai tuntutan zaman dan kebutuhan. Pendidik yang mahir dalam komunikasi, melek informasi & tidak gaptek serta bijak bermedia sosial. Semangat terus berkarya Kang Bajuri. Terima kasih telah menginspirasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih Mas Mugie. makasih sudah berkenan mampir.

      Hapus
  8. Wah.... Mantap tenan Iki... Analisis, memikat dan bermartabat. Selamat Pa Haji

    BalasHapus
  9. Mantaaap Pak Haji, ditulis dg sangat serius hingga terasa saat membacanya, membacanya jadi harus serius ... tapi kadang pembaca blog butuh yg ringan" aja, jd kalo ada tulisan yg ringan diunggah aja dg disertai foto atau video, matur suwun

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih ilmunya yang luar biasa Pak Dedi. Akan saya usahakan

      Hapus

Postingan Populer

Ringkasan Materi Renang Gaya Bebas

  Penulis sedang berada di CB Kutowinangun .Dokpri. Ringkasan Materi Renang Gaya Bebas Posisi Tubuh : Telungkup: Posisi tubuh terlentang den...

Diberdayakan oleh Blogger.