Cerita dari pamanku yang dulu ikut menyaksikan acara pernikahan tetangganya. Sebut saja mas Mad Karto jatuh cinta dengan mbak Tulkiyem. Singkat cerita akhirnya dari kedua belah pihak keluarga besarnya setuju untuk melangsungkan pernikahan. Diadakanlah persiapan untuk menggelar perhelatan sakral itu dengan sebaik-baiknya.
Hari yang sangat ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Rombongan calon pengantin pria datang ke rumah calon mempelai perempuan. Mereka disambut dengan tangan terbuka dan senyum lebar. Suasana gembira suka cita meliputi seluruh orang yang hadir di kediaman mempelai perempuan.
Kedua calon mempelai duduk berjejer di depan penghulu, dengan didampingi oleh orangtua/wali. Sebelum acara akad nikah dilangsungkan diadakan tanya jawab tentang kebenaran dokumentasi administrasi dari kedua calon mempelai. Satu persatu pertanyaan dijawab dengan anggukan atau ya. Semua data dinyatakan valid. Pak penghulu bernafas lega. Pak penghulu mengajukan sebuah pertanyaan lagi yang tidak ada di daftar dokumentasi pernikahan. "Adakah permintaan kamu yang belum dipenuhi oleh calon pengantin pria?," tanya pak penghulu. Mulanya calon pengantin putri hanya diam. Sebagai Pegawai Pencatat Nikah sangat paham psikologis calon pengantin yang sering ia hadapi. Menangkap ada sesuatu yang belum terungkap, pak penghulu mengulang pertanyaannya lagi. Dengan sedikit bujukan akhirnya calon pengantin puteri angkat bicara. "Ya..., saya minta kerbau belum dibelikan," kata Tulkiyem mengambang. Pak Penghulu kaget, tak kalah kagetnya Mad Karto calon suaminya. Mereka saling pandang antara kaget dan bingung. Dengan sangat tepaksa Pak Penghulu memutuskan tidak jadi melangsungkan pernikahan karena permintaan dari calon pengantin puteri belum terpenuhi. Pernikahan akan bisa dilangsungkan jika permintaan calon pengantin puteri sudah terpenuhi. Akhirnya mereka tidak jadi menikah hari itu.
Notes gambar pengantin hanya ilustrasi
#Jan25AISEIWritingChallenge
Baru tahu kalau permintaan kita belum terpenuhi nikahnya gagal...
BalasHapus