Pentigraf, Menangkap Orang Gila Ngamuk Bawa Golok Ancam Bunuh Ortu

Suasana rumah pak Dul Kemplu sore itu sangat mencekam. Aparat desa setempat, 4 orang polisi bersenjata lengkap, dan warga sekitar menunggu dengan berdebar. Gerangan apakah yang akan terjadi dengan Mad Dower anak laki-lakinya Dul Kemplu yang depresi gara-gara ditinggal pacarnya nikah. Ambulan dan dua orang tenaga medis pun telah disipkan. 

Karena takut dengan bahaya yang mungkin akan terjadi aparat kepolisian langsung menggunakan strategi perang. Mereka memaksa Mad  Dower untuk keluar rumah dengan menodongkan senjata dan siap tembak. Merasa dirinya terancam, Mad Dower malah semakin membabi buta. Barang-barang dihancurkan dengan parang dan potongan kayu. Suasana tambah semakin menghawatirkan. 

Melihat kejadian tersebut, akhirnya aku memberanikan diri untuk mencoba menenagkan orang gila itu. Aku meminta polisi untuk tidak mengancam, karena akan menambah panas suasana. Dengan Basmallah dan meminta kekuatan pada Tuhan aku mencoba menangkan dirinya. Aku mengucapkan salam di depan pintu. Pada salam ketiga baru di jawab. Aku masuk ke dalam rumah. Mad Dower masih memegang parang dan potongan kayu. Kuminta dia untuk membuang senjata itu, karena sudah tidak diperlukan. Secara singkat aku menasehatinya. Alhamdulillah dia mendengarkan dan masuk ke hatinya. Senjata parang di buang dan menghambur memeluk diriku sambil menangis. Setelah nangisnya reda aku menjalankan aksinya, menasehatinya dan membujuk dia untuk mau di bawa ke RSJ untuk berobat. Semua berjalan lancar tanpa ada kekerasan. Sekarang sudah sembuh tidak kambuh lagi. Sayangnya kenangan ini yang gak bakal hilang. Aku dipeluk oleh orang gila yang tidak mandi selama sebulan. Kebayang baunya kan .....