Lutis Ala Wildan


Anakku, Wildan hari ini meminta aku untuk membuat lutisan dengan citarasa dia. Tidak boleh pedes-pedes. Cukup dengan dua atau tiga lombok saja. Tentu saja permintaan dia aku turuti. Bukankah menuruti permintaan anak akan membawa dampak yang baik. Baik untuk diriku dan baik untuk anakku kelak. Asalkan permintaan itu adalah permintaan yang baik, tidak menimbulkan akibat yang mengkhawatirkan nantinya. 

Dia meminta lutisan karena di rumah sudah tersedia beberapa buah mentimun dan bengkoang. Mentimunnya hasil dari membeli di pasar pagi. Dan yang membeli timun ibunya Wildan kemarin pagi. Sedangkan bengkoangnya berasal dari warung Om Jaks, aku sendiri yang membelinya. Bengkoang itu sudah lama aku beli. Tapi karena belum ada kesempatan yang pas untuk membuat lutisan, aku biarkan barang itu mendekam di jok motor merah tuaku. 

Sehabis shalat Magrib aku menyiapkan segala sesuatu untuk membuat lutisan. Untuk sambal bahannya sangat sederhana. Hanya lombok, garam, gula jawa dan sedikit asam jawa. Semua bahan di uleg dengan tangan memakai layah batu. Diuleg terus hingga gula jawanya berubah menjadi lebih lengket dan melekat. 

Wildan sendiri membantuku mengupas timun dengan alat pisau tipis khusus menguliti buah. Dari gerakan tangan dan hasil serutannya nampak sudah lumayan lemes. Memang sih belum bisa dikatakan mahir seperti orang dewasa. Tapi sudah lumayan lah untuk ukuran anak laki-laki memegang alat dapur.

Selesai mengupas timun, dia memotong nya menjadi beberapa bagian bulat pipih. Potongan timun nya dijadikan satu dalam sebuah piring.

Urusan mengupas bengkoang dia belum bisa melakukan dengan baik. Akhirnya urusan itu diserahkan padaku. Perlu kesabaran dan ketelatenan untuk mengupas bengkoang. Bengkoang bukanlah buah, tapi akar yang mengembang. Rasanya manis dingin, memberikan sensasi segar dan renyah. Bengkoang ini sangat cocok dibuat lutisan atau rujak. Dibuat asinan juga bisa.

Sambal dan timun serta bengkoangnya sudah siap untuk disantap. Kami sekeluarga menikmati lutis bareng bareng di ruang tengah. Sambalnya tidak ada kesan pedas bagiku dan juga ibu. Bagi Wildan itu sudah cukup pedas. Suaranya kadang-kadang hap-hapan menahan rasa pedas, tapi tetap ingin lagi.

Kalau dipikir-pikir hampir semua keluarga dari istriku menyukai lutisan. Pada hampir setiap pertemuan keluarga lutisan ini nyaris menjadi menu wajib. Aku tidak tahu apa penyebabnya mereka suka dengan yang namanya lutisan. Tapi ada satu benang merah dari kebiasaan keluarga besar istriku. Sebagian besar mereka suka makan sambal yang pedas. 


 #Day22MaretAISEIWritingChallenge

#Ceritakelaskuhariini
#Ceritaanakkuhariini
#Ceritamuridkuhariini
Lutis Ala Wildan Lutis Ala Wildan Reviewed by Mohamad Bajuri on Maret 23, 2021 Rating: 5

9 komentar:

  1. Iyes, lutisannya viral pak. Bumbunya mesti spesial. Mantul tulisannya.

    BalasHapus
  2. Huuf haah enak kyaknya lotisnya..

    BalasHapus
  3. Lutisan, sama dengan rujak tidak pa? He he kalau lihat GB sama.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin sama Bund. Kalau di daerahku pengertian lutis bahannya dipotong besar besar dan tidak di tumbuk.
      Kalau rujak sambal dan bahan dicampur jadi satu, ada yang diserut ada juga yang ditumbuk

      Hapus
  4. Lutisnya jangan dipisah nanti tidak pedas.

    BalasHapus

Postingan Populer

Ringkasan Materi Renang Gaya Bebas

  Penulis sedang berada di CB Kutowinangun .Dokpri. Ringkasan Materi Renang Gaya Bebas Posisi Tubuh : Telungkup: Posisi tubuh terlentang den...

Diberdayakan oleh Blogger.