Mungkin kamu bisa merasakan sakitnya perasaan. Aku yang pertama datang namun ditinggalkan. Padahal restu orang tua pun telah diberikan. Aku sering bertandang ke rumah, disambut ortu dengan senang. Bahkan keluargaku dan keluargamu sudah menjadi seperti saudara kandung. Saling bantu dan saling sayang. Akupun sudah dianggap sebagai layaknya anak kandung.
Pagi ini, engkau sedang duduk berdua di singgasana perhelatan. Bersanding berdua bak putri dan raja. Makan suap suapan dengan satu talam. Minum pun satu piala berdua. Sementara diriku meringkuk nelangsa di pojok kamar sesenggukkan.
Ingin rasanya aku lari. Pergi sejauh-jauhnya. Tak sanggup lagi telinga ini mendengar gending kodok ngorek pertemuan. Butiran hangat tak terasa berguguran, membasah menganak sungai. Haruskah aku mengakhiri semua ini. Pergi meninggalkan bumi, lalu ke mana? Apakah kalau aku mati nantinya aku malah lebih menderita. Setiap malam berdiri di pinggir jembatan dengan baju putih rambut panjang. Suara tangisku berubah jeritan panjang menakutkan. Haruskah aku menjadi kunti penunggu jembatan? Haruskah? Hiiiiiiiihiiiiii.... Hiiii hiiiii hiiii....
Pentigraf, Aku Terguguk Pilu Dia Tersedu Syahdu
Reviewed by Mohamad Bajuri
on
Maret 21, 2021
Rating:
Duh nelangsa...
BalasHapusNelangsa sekali
HapusSemoga dapet pengganti yg lebih baik..
BalasHapusAmin..
Aamiin. Semoga Bund.
HapusWaduh..
BalasHapusAduh banget.
HapusDuuh sakitnya tuh dsini
BalasHapusBenar sekali Bunda
HapusSementara diriku meringkuk nelangsa di pojok kamar sesenggukkan.
BalasHapusBunga tidak setangkai. Patah tumbuh silih berganti
Baiklah aku petik yang baru
HapusKisahnya pilu..apakah ini kisahnya Bang BEJE?
BalasHapusHe he he tau aja Pak Agung
HapusAsliiiiii....pernah...ðŸ¤ðŸ¤ðŸ¤
BalasHapuswaduh. ...Untung bisa move on
HapusDunia tidak selebar daun kelor Mr Beje.
BalasHapusMembayangkan pun aku tak mau, sedih banget. Semoga ada penggantinya.
BalasHapus