Pentigraf, Pesan Nyasar

Kelasku sunyi. Semua temanku asyik dengan kertas dan pulpen. Mencorat-coret kertas putih dengan angka dan bilangan, juga pangkat. Uft, ulangan matematika Pak Agus Susanto. Cuma sepuluh soal, waktu saju jam pelajaran. Bagi Brian, Rita, Pipit, Sri dan Noeng mungkin tidak bermasalah. Tapi bagiku sangat bermasalah. Sudah 30 menit berlalu baru satu soal yang bisa aku jawab, itu pun asal-asalan. Bukan karena aku tak mau belajar, tapi mungkin dasar otakku yang bebal.

Untuk bisa menyelesaikan ulangan itu akhirnya aku menemukan cara ampuh. Kusobek selembar kertas kubagi menjadi 4 bagian. Lalu kutulis pesan begini,"Jawaban no 1 sd 7 please." Kemudian kertas itu aku remas remas dibuat seperti bola.

Karena jarak antara aku dan Pipit jauh, aku meminta Indera yang duduk di sebelahku untuk estafet meneruskan ke Irun, Hari dan Rizki. Teman yang kusebut semuanya duduk di bangku paling belakang. Jarak Rizki dan Pipit berselang 3 bangku. Pipit duduk tepat di depan Pak Agus. Ketika Pak Agus dalam posisi melihat membaca buku, tiba-tiba gumpalan kertas itu jatuh mengenai badannya. Plok!  Pak Agus kaget, rupanya Rizki melemparnya terlalu keras hingga mengenai badan beliau. Dengan tenang beliau menanyakan benda ini dari siapa. Rizki  mengakuinya dan diminta maju kedepan. Merasa tidak bersalah banget Rizki menyebut Hari dan beruntun sampailah ke aku. Akhirnya kami berempat dihukum berdiri di depan kelas dengan mengangkat kaki satu selama satu jam pelajaran. Setelah hukuman selesai mereka meluapkan kekesalannya padaku. Indera dengan geram berkata,"Mulane nek pingin bijine maen sinau, ora nyontek kancane. Huuuuhh. Plokk."(makanya kalau ingin mendapatkan nilai bagus belajar, tidak menyontek punya teman. Huuuuh. Plokk). Sebuah tamparan ringan mendarat di kepala.