Tahun 2005
"Apa ini?," aku memandangi sebuah amplop putih ukuran sedang yang disodorkan kepadaku.
"Surat," jawabnya pendek.
"Surat apa?," sergahku tak mengerti dengan apa yang aku pegang. Pemuda yang kutanya nampak sedikit kebingungan dengan pertanyaanku. Raut mukanya menciut, ada keraguan kecil di sana.
"Ini surat apa dari siapa?"
"Dari ... saya Bu..., buat ... Bu Guru. Tapi, .... tolong membacanya nanti kalau sudah di rumah ya?"
"Kenapa begitu? Tapi ya sudahlah nanti suratmu akan Bu Guru baca kalau sudah sampai rumah. Bu Guru juga lagi banyak kerjaan hari ini."
"Terima kasih Bu Guru...", kedua matanya yang hitam menatapku dengan tatapan yang berbeda. Ada sesuatu yang berbeda dengannya.
"Ia Mas," jawabku singkat. Badan gemuknya segera berbalik arah dan melangkah ke luar. Suara sepatunya terdengar berdecit saat kakinya menyentuh lantai.
"Ada apa lagi dia Bu? Bukannya dia sudah sering konsultasi sama panjenengan? Apa Ayahnya ngamuk lagi? Atau hari ini dia tidak dikasih uang sangu? Atau sepedanya rusak lagi?" Bu Hasanah menghujaniku dengan banyak pertanyaan. Sedari tadi belaiu sedang asik dengan leptopnya, ternyata dia memperhatikanku juga.
"Enggak Bu Has, dia cuma memberikan surat kok."
"Eeeeh..., jangan-jangan dia suka sama panjenengan Bu Mila. Lah wong dia sering ketemu panjengan loh!"
"Ha ha ha.., kalau senang ya pasti. Bukankah murid sama guru harus ada rasa suka, biar komunikasi berjalan dengan baik?" Aku tertawa terkekeh mendengar perkataan teman seprofesiku sebagai guru BK di sekolah ini.
"Dia beda Bu... Dadang itu suka sama Bu Mila. Aku tahu dari bagaimana dia memandang Bu Mila. Tatapannya aneh, tidak seperti layaknya guru sama murid. Tapi dia tampan kok Bu. Rambutnya keren, bodinya juga besar dan gagah."
"Hush! Bu Has ada-ada saja. Mana ada seorang murid menikahi gurunya yang sudah tua?!! Dia masih belasan sedangkan gurunya sudah seperempat abad. Kasihan dong Bu?!!. Lagian kenapa Bu Has yang memuji-muji?!!. Jangan-jangan Bu Has yang suka sama dia ya?"
"Eeeeeit!!!! Jangan kurang ajar ya sama orang tua!! Gemuk-gemuk begini, aku tipe wanita setia ya! Gak mudah tergoda laki-laki lain! Dan biar pun suamiku hanya seorang sopir truk, tapi aku cinta setengah mati sama dia! Dialah cinta pertama dan terakhirku! Cuma dia, Mas Pras cintaku! Mata boleh memadang. mulut boleh mengagumi, tapi cinta di hati tetap kokoh terpatri." Suara kerasnya menggelegar memenuhi ruangan BK berukuran empat kali empat. Tapi walaupun suara keras begitu bukan berarti dia sedang marah loh. Dia memang berapi-api kalau sedang ngomong.
https://youtu.be/Kly2MrCOI6Q
Ini pingpong apa main Badminton ya
Bersambung
Sabar bu .hehe...
BalasHapusWahhhh lagi seru serunya malah bersambung. Sambungannya jangan putus pak...
BalasHapusHayo siapa ya? Ada yang bikin bingung, di sana "Lagian kenapa Bu Mila yang memuji-muji dia.Jangan-jangan Bu Mila suka sama dia". Mungkin seharusnya Bu Has apa ya Pak?
BalasHapusYa betul. Baik kuperbaiki.
HapusWaahhh penasaran nih, apa ya isi dari surat yang diberikan oleh Dadang?
BalasHapusHmm...jadi penasaran
BalasHapusjangan lama-lama lanjutannya ya
Awas kalau nggak ada lanjutannya!
BalasHapusKutunggu sambungannya
BalasHapusWah.. Baru mak nyus.... Malah kepotong..... Hehe...
BalasHapusYaaah ... Ternyata bersambung 😄
BalasHapussebuah strategi menarik untuk pembaca. kalau di acara televisi, tiba2 iklan, ini bersambung. PAntengin teruslah biar lengkap kisahnya....
BalasHapusCeritanya seru. Membikin penasaran. Keren nih maen pingpongnya..
BalasHapusSaya kita Mr. dimarahi.....hehehe. Bersambung berarti masih sereem kisahnya. Selamat nggih. dengan cerbungnya. Salam literasi
BalasHapusDuh penasaran sama isi suratnya, kok namanya persis nama saya Kamila kalau di panggilan sehari hari mila
BalasHapus