Kisah Inspiratif, Mati sebelum sempat Haji padahal PNS dan memiliki sawah 500 ubin

 Kisah ini saya dapatkan dari seorang kolega saya ketika ngobrol di dapur pada waktu jam istirahat. 

Dapur menurut sebagian teman-teman saya adalah tempat yang nyaman untuk bertukar pikiran atau hanya sekedar bersenda gurau untuk menghilangkan rasa penat dan jenuh setelah beraktifitas. Bahkan dapur dijadikan tempat favorit untuk berkumpul dalam event istirahat atau even makan-makan ( kalau ada yang syukuran). Bahkan tempat atau ruang di sekolah yang paling banyak makanannya ya di dapur itu. Sehingga tidak bisa dielakkan lagi, kalau dapur di jadikan tempat untuk berkumpul. Di dapurlah orang bisa makan dan minum dengan santai dan ngobrol ngalor ngidul (istilah bahasa jawa yang artinya mengobrol dengan tema yang tak jelas, semua tema masuk, jadi tidak fokus pada satu tema saja, tergantung pada tema yang ingin dibicarakan).

Biasanya yang suka ngumpul di dapur adalah kaum Adam. Walaupun ada beberapa ibu-ibu yang kadang ikut nimbrung (istilah jawa yang artinya bergabung) tapi tidak bertahan lama, hanya beberapa menit saja. Tidak seperti bapak-bapak yang bisa tahan lama stay di ruang tersebut.

Salah satu kawanku, sebut saja pak Abdul menghadirkan sebuah cerita yang sangat menarik untuk disimak dan diambil hikmahnya. Ceritanya sperti ini;

Saya memiliki tetangga seorang PNS sebut saja pak Ateng yang sudah tua dan sakit-sakitan. Tapi tidak memiliki anak dan istrinya pun sudah tiada. Saudara-saudaranya pun sudah tidak punya, mungkin sudah meninggal. Beliau memiliki keponakan tapi tempat tinggalnya jauh. Karena sudah sakit-sakitan, tidak ada saudara yang merawat, akhirnya pak Ateng di rawat oleh tetangganya. Semua keperluannya dari makan, mandi, minum, ganti baju, cuci, masak dan lain sebagainya, tetanggalah yang mengurus. Walaupun tetangganya ini tidak memiliki hubungan kerabat dengan pak Ateng. Semua dilakukan oleh tetangganya dengan ikhlas untuk menolong sesama.

Ketika dulu masih sehat pak Ateng pernah ditanya oleh salah seorang tetangganya. 

"Pak Ateng kenapa belum daftar haji juga, padahal pak Ateng kan kaya, punya gajian, punya sawah 500 ubin. Kenapa tidak dijual sebagian sawahnya untuk keperluan haji, kalau uang gajian pak Ateng belum mencukupi?"

"Iya sih pak, tapi saya belum siap haji. Aku merasa belum layak untuk pergi Ke Baitullah. Aku masih banyak dosa. Dan setelah pulang dari haji rasanya aku belum mampu menyelaraskan dengan titel hajiku. Bagiku itu berat....... Aku belum mampu", begitu jawaban pak Ateng memberikan argumentasinya tentang ketidak siapan dalam berhaji.

Singkat cerita karena sakit-sakitan yang sudah cukup lama akhirnya pak Ateng meninggal dunia, dengan meninggalkan harta berupa rumah, pekarangan, sawah 500 ubin dan uang pensiun. Karena tidak memiliki anak dan isteri, maka menurut hukum yang berlaku harta ini jatuh pada keponakan yang masih berstatus ahli waris. 

Menurut saya memang sangat disayangkan, kejadian kisah seperti ini.  Sebaiknya dengan kelebihan harta yang kita miliki gunakanlah untuk keperluan ibadah dan berbagi pada sesama. Kalaulah kita yang mengalami seperti ini, mestilah kita rugi dunia akherat. Ketika kita hidup tidak dapat manfaat harta nya, dan ketika kita matipun tidak mememperoleh manfaat sedikitpun. Harta kita tidak di bawa mati, eeh malah pindah tangan ke orang lain. 

Bukankah pada harta yang kita memiliki ada hak orang lain. Selagi masih ada harta, selagi masih hidup mari berbuatlah baik pada sesama. Sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Gunakan sebagian harta kita untuk menolong sesama. Ojo eman-eman (bahasa jawa yang artinya jangan terlalu sayang terhadap sesuatu) dengan harta kita. Gunakanlah harta kita sebagaimana mestinya, tunaikanlah kewajiban kita terhadap keluarga, tapi jangan lupakan hak orang lain pada harta kita. Sisakan dan sisihkan kemudian tunaikan sebagian harta kita untuk orang lain. 


Kisah Inspiratif, Mati sebelum sempat Haji padahal PNS dan memiliki sawah 500 ubin Kisah Inspiratif, Mati sebelum sempat Haji padahal PNS dan memiliki sawah 500 ubin Reviewed by Mohamad Bajuri on November 30, 2020 Rating: 5

2 komentar:

  1. Menarik untuk di ambil hikmahnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Bu Rita...Kunjungan Bu Rita dan komennya sangat memotivasi..

      Hapus

Postingan Populer

Ringkasan Materi Renang Gaya Bebas

  Penulis sedang berada di CB Kutowinangun .Dokpri. Ringkasan Materi Renang Gaya Bebas Posisi Tubuh : Telungkup: Posisi tubuh terlentang den...

Diberdayakan oleh Blogger.