SENANDUNG POHON

 

#cerita binatang#fabel#dongeng#cerita pengantar tidur


Seri 3. Puisi Cinta Burung Emprit

Sore yang cerah. Langit bersih tak ada awan dan mendung berarak. Hanya ada sedikit lapisan tipis awan di kejauhan. 

Pohon beringin dan pohon kelapa merasa sedikit kegerahan, karena matahari bersinar penuh sepanjang hari tadi. Tak henti-hentinya mereka berdua mengibaskan lengannya mencari angin. 

"Tidakkah kau lupa akan sesuatu sore ini?," tanya pohon kelapa membuka percakapan diantara mereka berdua.
"Oh...tentu tidak. Aku telah berjanji akan membacakan puisi cinta, puisi romantis untukmu. Begitu kan?"

"Ya. Aku penasaran, apa kamu bisa berpuisi? Wujud kamu hanyalah sebatang pohon kelapa. Dimana mahluk seperti kamu tidak memiliki pasangan layaknya burung dan binatang lainnya."

"Kamu betul. Yang akan aku ceritakan nanti adalah puisi cintanya burung emprit yang sedang merayu pasangannya pada zaman Nabi Sulaiman Yang Agung."
"Cerita zaman Nabi Sulaiman? Pasti menarik. Ayo lekas bercerita, aku tak sabar menunggu ingin segera mendengarnya." 
"Baiklah, dengarkan baik-baik." Pohon kelapa berkata sambil membenahi posisi berdirinya.


Nabi Sulaiman adalah seorang Utusan yang diturunkan alloh untuk membimbing kaumnya. Nabi Sulaiman memiliki kerajaan yang sangat besar, dan terbesar dalam sejarah kehidupan manusia. Kekuasaannya mencakup dunia manusia, jin dan binatang. Semua tunduk dan patuh pada perintah Nabi Sulaiman.

Diperintahkannya bangsa jin untuk mengambil emas, jamrut, intan berlian di dalam laut untuk dijadikan perhiasaan. Singgasananya sangat indah dan mewah yang terbuat dari emas bertahtahkan intan berlian yang berkilauan.

Istananya sangat besar dan mewah. Lantainya terbuat dari kaca yang tembus pandang. Di bawah kaca dibuat kolam dengan ikan warna warni menghiasinya. Prajurit dan tentaranya terdiri dari bangsa jin, manusia dan hewan. Sebulan sekali diadakan pertemuan di balai istana untuk laporan. Sungguh sangat besar dan menakjubkan.

Suatu hari Nabi Sulaiman sedang berjalan-jalan di tepi hutan. Sebenarnya ini adalah kegiatan yang sudah biasa dilakukannya untuk melihat kondisi rakyat dari dekat, bukan berdasarkan laporan pegawai kerajaan. 

Tampak olehnya sepasang burung emprit bertengger di atas sebuah pohon yang tak jauh dari posisi Nabi Sulaiman. Awalnya Nabi Sulaiman tak begitu memperhatikan ocehan sepasang burung tersebut. Tapi karena Nabi Sulaiman mampu berbicara dalam bahasa binatang, maka apa yang diomongkan oleh sepasang burung emprit Nabi Sulaiman bisa memahaminya.

Rupanya burung emprit jantan sedang merayu kekasihnya, burung emprit betina melalui seuntai puisi cinta. Burung emprit jantan berkata:

Duhai kekasihku
Dengan apa aku harus membuktikan cintaku padamu
Andaikan engkau mau
Akan aku porak porandakan kerajaan Nabi Sulaiman
Kululuh lantakkan hingga jadi debu
Kan kurebut mahkota kerajaan
Kupersembahkan hanya untukmu
Wahai cintaku

Mendengar perkataan burung emprit jantan sontak Nabi Sulaiman tersenyum geli. Kemudian bertanya setengah menggoda pada burung emprit.

"Benarkah wahai burung emprit, engkau akan memporak-porandakan kerajaanku dan merebut mahkotaku?"

"Eng...Tidak Nabi, aku tak serius bilang seperti itu. Aku hanya merayu kekasihku. Aku sangat cinta pada pasanganku ini Nabi. Nah biar romantis kutunjukkan lewat puisi. Mana mungkin aku bisa meruntuhkan kerajaanmu yang mewah dan agung, sementara aku hanya seekor burung kecil. Maafkan aku Nabi Sulaiman." Nabi Sulaiman memafkan burung emprit. Nabi Sulaiman tahu bahwa burung emprit hanya menekspresikan cintanya lewat puisi. Nabi Sulaiman berlalu dan melanjutkan perjalanannya. 

"Nah begitu ceritanya, keren kan puisinya burung emprit?" tanya pohon kelapa pada pohon beringin.

"Ya....keren banget, aku suka," kata pohon beringin. "Hei....., sahabatku pohon kelapa. Tidakkah engkau melihat ular di salah satu lenganku?" Ada ular hijau sebesar lengan anak kecil bertengger melingkar di dahan pohon beringin. 

"Aku tak bisa melihatnya," kata pohon kelapa.

"Kamu akan sulit melihatnya karena warnanya sama dengan daunku. Baiklah besok sore di waktu yang sama dan di tempat yang sama kita bertemu lagi. Oke! Besok aku akan bercerita entang ular yang sanggup menunggu ribuan tahun hanya untuk bertemu dengan Rosululloh SAW. Woke! Woke!" kata pohon beringin meyakinkan.

Pohon beringin dan pohon kelapa saling melambaikan tangan tanda perpisahan. 


Nah kita tunggu cerita ularnya besok sore ya. 

Salam Literasi.


SENANDUNG POHON SENANDUNG POHON  Reviewed by Mohamad Bajuri on Desember 08, 2020 Rating: 5

2 komentar:

  1. Hehehe Burung emprit malu di tegur Nabi.
    Cerita yg menarik, hmmm... Ada apa dengan si umar besar yaaa. Kita tunggu saja kelanjutannya besok!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih kak Indra.. semoga bisa terus berlanjut

      Hapus

Postingan Populer

Ringkasan Materi Renang Gaya Bebas

  Penulis sedang berada di CB Kutowinangun .Dokpri. Ringkasan Materi Renang Gaya Bebas Posisi Tubuh : Telungkup: Posisi tubuh terlentang den...

Diberdayakan oleh Blogger.