#cerita binatang#fabel#dongeng#cerita pengantar tidur
Seri 2. Tahukah Kamu Mana Yang Disebut Belakang Pohon
Dini hari, cakrawala di sebelah timur mulai nampak ada semburat cahaya merah. Itu tandanya sudah masuk terbit fajar. Pohon beringin dan pohon kelapa menggeliat bangun dari tidurnya. Mereka bertasbih mensucikan nama Tuhan sebagaimana Tuhan telah memerintahkannya. Bagi bangsa manusia saat itu adalah pertanda dimulainya waktu sholat subuh hingga terbit matahari.
Pohon beringin ingat akan janji pohon kelapa yang akan memberikan jawaban tebakan kemarin. Pohon beringin mengajukan sebuah pertanyaan yang agak sulit untuk dijawab. Pertanyaannya adalah : Bagian mana yang disebut belakang pohon? Di luar dugaan pohon beringin, ternyata pohon kelapa menganggap enteng pertanyaan tersebut. Dia berjanji akan memberikan jawabannya pada pagi ini.
Pohon kelapa berkata," Aku akan menepati janjiku. Karena dirimu menerangkan lewat sebuah kejadian, maka akupun akan meniru caramu. Lihatlah kejadian pagi ini di Mushola Al-Ikhlas. Aku sudah mendapat isyarat akan jawabanku itu berwujud sebuah kejadian. Lihat dan saksikan bersama-sama. Woke...? Siappp.....,"kata pohon kelapa kepada pohon beringin.
Pohon beringin mengangguk-anggukan dahannya tanda setuju. Mereka berdua menanti sambil terus mengamati Mushola Al-Ikhlas,
Pagi hari suasana selepas sholat subuh di Mushola Al-Ikhlas nampak riuh rendah seperti biasanya. Ada yang berkelakar, ada yang kebingunan mau masak apa pagi ini, dan ada juga yang sibuk mencari sandal jepit yang hilang satu. Suasa mushola kampung yang hangat dan bersahabat tanpa dibuat-buat. Mereka bertingkah laku seperti biasa tanpa tendensi apa-apa.
Diantara mereka ada yang bergegas ingin sampai rumah, tapi ada pula beberapa orang yang santai ngobrol sambil berdiri di pelataran. Ibu Inah dan Ibu Wati nampak masih santai menikmati obrolan pagi. Kebetulan kedua ibu ini tinggal berdampingan. Mereka sangat akrab. Tak jarang Ibu Wati meminta pertolongan Ibu Inah. Mereka saling membantu dan melengkapi. Mereka menyadari bahwa hidup di kampung mesti rukun dengan tetangga. Tidak ada orang yang bisa hidup sendirian. Orang hidup tentu membutuhkan orang lain.
Pagi ini Ibu Inah membawa serta anaknya yang masih usia 6 tahun ke Mushola. Namanya Tara. Dia biasanya ditinggal di rumah bersama kakaknya, Intan. Sudah dua malam Intan menginap di rumah bude Suci. Karena tidak ada yang menjaga terpaksa Tara dibawa ke Mushola.
Ditengah-tengah asyiknya ngobrol tangan Ibu Inah ditarik Tara.
"Mak..., pipis," rengek Tara sambil kedua tangannya memegangi saluran kencingya. Tanpa babibu Ibu Ina menarik tangan Tara menuju toilet Mushola. Tapi apa daya ternyata dua toilet itu sedang dipakai warga.
"Mak ...., sudah diujung nih." seru Tara sudah tak karuan rasa. Akhirnya Ibu Inah mengajak Tara pergi ke sebelah utara toilet. Di situ ada pohon mangga yang cukup besar. Karena pohon mangga berada di area pekarangan sehingga cukup nyaman tak terlihat orang untuk buang air kecil.
"Nah Tara..., buang air kecilnya di situ ya, di belakang pohon mangga," kata Ibu Inah memberi komando pada anaknya. Setelah selesai buang hajatnya, Ibu Inah mengajak Tara pulang ke rumah. Ibu Watipun sudah tidak nampak di pelataran Mushola. Suasana berubah menjadi sepi.
Pohon kelapa melambaikan daunnya pada pohon beringin. Pohon beringin mungkin masih mengantuk, sehingga slow respon .
"Wooooiiii," teriak pohon kelapa dengan keras. Pohon beringin kaget dan terbangun dari rasa kantuknya.
"Aku akan menjawab pertanyaanmu kemarin. Bagian belakang pohon adalah bagian pohon yang beraroma pesing. Kalau sisi yang pesing itu bagian belakang, maka sisi lawannya adalah bagian muka." Pohon kelapa menjawab dengan sangat yakin kalau jawaban kali ini pasti betul.
"Dari mana kamu tahu?" tanya pohon beringin sambil tertawa terkekeh.
"Siapa dulu dong...," kata pohon kelapa sedikit sombong.
"Karena aku mendengar Ibu Inah bilang ke anaknya untuk kencing di belakang pohon mangga. Artinya, jika sisi yang berbau pesing itu dianggap bagian belakang pohon, maka sisi lawannya adalah bagian muka pohon. Jawabanku benar kan!"
"Ternyata kamu pintar, jawabanmu benar. Aku kasih nilai seratus deh buat kamu," kata pohon beringin sambil mengacungkan jempolnya.
Mendengar pujian dari sahabatnya itu hati pohon kelapa menjadi sangat senang.
"Karena engkau sudah membuat aku senang, besok sore aku akan membuat puisi sambil kita menikmati sunset bersama. Puisi cinta." Mata pohon kelapa sambil berkedip-kedip tanda senang.
"Baiklah aku akan sangat senang mendengar engkau berpuisi ria besok sore. Tapi apa kamu mampu?" kata pohon beringin kurang yakin dengan janji kawannya itu
Nah kita tunggu besok sore ya, sambil menikmati sunset.
Salam Literasi
#Des8AISEIWritingChallenge
SENANDUNG POHON
Reviewed by Mohamad Bajuri
on
Desember 08, 2020
Rating:

Mantap pak.
BalasHapusTerima kasih Kak Win... masih belajar nulis
HapusMantap pak.
BalasHapusLuar biasa
BalasHapusMatur teng kyu. Kamulah guruku dalam hal ini
HapusWah sambungan cerita senandung pohonnya semakin menarik, bikin penasaran ini. Bolehkah menumpang salat di mushola al-ikhlasnya?
BalasHapusSumangga atuh teh..Silahkan Kak Hasanah, nanti bisa ketemu Pak Kyai Sholeh
BalasHapusBenar2 cerbung nih pak...👍
BalasHapusiya kak Siti. Latihan
Hapus