Kamis, pukul dua siang di awal Januari 1987, Kutowinangun Teater sedang memutar film berjudul Ratu Buaya Putih. Suzanna alias Ratu Buaya Putih heran melihat kondisi penontong siang itu. Kursi depan, tengah hampir semua terisi penonton. Tapi di Lose tidak semua kursi terisi. Akhirnya dia keluar dari layar menemui Advent Bangun, Sibuta Dari Gua Hantu yang sedang mejeng di poster di dinding dekat pembelian tiket. Mulanya Sibuta diam saja. Walaupun dia buta insting pendengarannya sangat tajam. Dengan sekali lompat Sibuta sudah di depan Suzanna.
Dengan gayanya yang menggoda, Suzanna bertanya kepadanya tentang kondisi penonton. Sibuta tak mampu menjawab. Kemudian mereka berdua sepakat menemui Mak Lampir di persembunyiannya, di gunung Merapi. Sebetulnya jarak Kutowinangun dengan Gunung Merapi sangat jauh. Butuh waktu dua jam perjalanan menggunakan mobil dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam. Tapi dengan ilmunya yang tinggi mereka bisa menemukan Mak Lampir dengan sekedipan mata.
Mak Lampir terkejut juga dengan kedatangan mereka berdua. Tapi dasar Mak Lampir nenek jelek, dia hanya tertawa terkekeh- kekeh, tawa khasnya. Dengan singkat Suzanna menyampaikan maksud kedatangannya. Mak Lampir tertawa lagi, kemudian menjelaskan dengan singkat. "Orang miskin itu tempat duduknya di paling depan, orang menengah, padagang kecil duduknya di tengah. Nah untuk orang kaya seperti Djoko Candra, Bakrie, dan orang tajir lainnya mereka duduk di lose. Tempat yang tinggi, mereka mendapat kenyamanan lebih dibanding penonton lain. Orang kaya jumlahnya tidak banyak hanya beberapa, sementara orang miskin jauh lebih banyak." Mereka berdua manggut-manggut. Mak Lampir heran kenapa bisa sebegitu cepat sampai ke persembunyiannya di Gunung Merapi. Suzanna dengan enteng menjawab tanpa berdosa, "Kan cuma pindah poster." Kemudian Suzanna kembali lagi menuju layar. Kebetulan melewatiku yang duduk di kursi paling depan. Seumur-umur baru kali ini aku melihat artis dari dekat. Tangannya yang lembut menyentuh pipiku. Duh senengnya. Tangan Suzanna aku pegang dan kugosok-gosokkan ke pipiku. Tiba-tiba berubah kasar, " Bangun hoih, sudah bubar." Aku membuka mata, banyak orang berjalan menuju pintu keluar dari teater.
#Jan21AISEIWritingChallenge
Pentigraf, Suzanna Ratu Buaya Putih Bertemu Mak Lampir
Reviewed by Mohamad Bajuri
on
Januari 21, 2021
Rating:
Keren pa.. Lucu
BalasHapusHahahaha... keren Pak....
BalasHapusMantul..mantap betul.keren abis
BalasHapuskirain bakalan serem...hahhaaa
BalasHapusKetiduran dan bermimpi...
BalasHapusHehehehehe
Paling mantaappp Pak guru penjas...
Sukses selalu
Syukaaa..... Mantul Pak.
BalasHapusPosisi lose di biskop bikin mimpi.
BalasHapusSayang hanya mimpi... Haha
BalasHapusCukup memberi petunjuk bahwa Bapak sudah berumur. Ha ha a
BalasHapusWah.....film lama tapi jadi pentigraf menyentak di akhirnya. Mantap Mister
BalasHapusTernyata ini bukan nonton, tapi tidur di lose ya,,he,,he,,
BalasHapusKeren, Mister Beje! Tema sudah dapet. Tinggala ending cerita ternyata hanya mimpi itu rasanya sudah umum. Bisa dieksplorasi lagi endingnya. Semangat! 👌
BalasHapussesuai tema ya Pak.. keren
BalasHapus