Menjelang tengah hari aku baru pulang dari noreh di kebun karet kong Jasman. Badan terasa segar setelah mandi dengan air langsung dari sumur dengan menggunakan timba/ember. Badan terasa segar kembali. Penat-penat di badan seakan hilang. Aku menuju ruang tengah. Mak Yam istriku sudah menyiapkan menu makan siang kesukaanku. Daun jenggel (daun ketela rambat) dicampur dengan wortel dimasak bening jawa. Sambal cengkaruk (nasi di jemur, setelah kering di goreng dengan minyak goreng) diberi kencur bawang. Lauknya cukup tempe bacem bumbu kencur salam. Mak nyosss. Sangat menggoda bagiku karena lidah Jawa.
Rasa kenyang sehabis makan masih bersarang di perut. Kini aku sedang leyeh-leyeh duduk santai sambil nglepus tengwe (merokok dengan rokok buatan sendiri) ditemani teh tubruk nasgitel ( panas, legi/manis dan kentel/kental. Surga dunia. Aku merasa bersyukur sekali,dengan nikmat Tuhan yang diberikan kepadaku dan keluargaku. Aku sebagai perantauan di Jambi bisa hidup cukup tidak kekurangan, walaupun hanya sebagai buruh di kebun karet. Alhamdulillah ya Robb.
Dari arah luar terdengar ada suara salam. Aku beranjak keruang tamu untuk menemui siapa gerangan tamu yang datang tengah hari. Ada satu orang laki-laki dan seorang perempuan. Anehnya si laki-laki merangkak. Kedua tamu itu kupersilahkan masuk ke dalam. Masuk menuju ruang tamu pun dengan merangkak. Mereka memperkenalkan diri sebagai suami istri dari satu desaku. cuma jaraknya agak lumayan jauh. Aku menanyakan maksud kedatangan mereka berdua ke rumahku. Si laki-laki langsung merangkak menuju tempatku duduk dan langsung minta maaf. Dengan merintih memohon meminta maaf atas kesalahannya. Aku sedikit bingung dengan apa yang mereka katakan. Aku tidak tahu kesalan mereka kepadaku, kok tiba-tiba minta maaf. Dengan singkat mereka berdua menceritakan kejadian yang telah lewat. Katanya suatu hari dia akan ke rumahku untuk berniat mencelakaiku. Ketika sampai di jembatan, seolah-olah ada yang melempar dirinya ke sungai. Sejak itu ia jatuh sakit yang tak kunjung sembuh. Menyadari kesalahannya dia ke rumahku untuk minta maaf. Aku manggut-manggut dan kumaafkan. Laki-laki itu sangat bahagia. Ajaib, laki-laki itu mendadak bisa berjalan lagi
#Jan13AISEIWritingChallenge
Pentigraf, Merangkak dari Rumah Untuk Minta Maaf
Reviewed by Mohamad Bajuri
on
Februari 13, 2021
Rating:
Membaca apa yang dimasak oleh Mak Yam jadi bikin lapar
BalasHapusmenarik sekali tulisannya, mister
Salam
Salam kembali bunda pioit. Main ke rumahku nanti saya siapkan menu seperti itu he he hr
HapusYa Tuhan,merinding juga membacanya,pak.
BalasHapusserem ya bund?
HapusMenarik Pak, seperti hikayat jmn dulu, dmn doa dan sumpah terbukti langsung.. mantuul
BalasHapusTerima kasih bu Tini. Termakan karma sendiri
HapusPak Bajuri selalu mantap jika menuliskan pentigraf...
BalasHapusAh mbak Rofi pinter menyanjung. Padahal mbak Rofi juaranya buat pentigraf.
HapusSeperti cerita jaman dulu ya pak..😃😃 tapi tetap asiikkk dibaca..
BalasHapusiya betul, emang benar. Itu kejadian tahun sekitar 70 an
HapusHehe.. hebat juga tokoh aku..org tersebut bisa langsung sehat.. kereen pak beje
BalasHapusHebat bund. Itu baru baca tulisannya. Kalau bunda lihat orangnya langsung bisa ada dua kemungkinan. Jatuh cinta atau lari ketakukan. Masalahnya tokoh aku memiliki rambut panjang sampai ke pinggang.
HapusHebat bund. Itu baru baca tulisannya. Kalau bunda lihat orangnya langsung bisa ada dua kemungkinan. Jatuh cinta atau lari ketakukan. Masalahnya tokoh aku memiliki rambut panjang sampai ke pinggang.
HapusMantap...Pak...bisa di buat kumpulan Cerpen...
BalasHapusDoakan bisa terkumpul dan dibukukan..
BalasHapusWowww luar biasa ceritanya. Jadi penasaran sama tokoh aku...sepertinya orang yg luar biasa. Jangan sekali-kali menyakiti orang lain karena Allah Maha Melihat dan Mendengar.
BalasHapus