Pentigraf, Sesajinya Belum Lengkap


Senja kala matahari kembali ke peraduan. Angen sore membelai mesra dedaunan. Kembalinya raja siang ke peraduan mengundang malam menjelang. Jejaknya meninggalkan semburat merah tembaga di langit barat.

Orang Jawa bilang saat itu dinamakan sandekala. Waktu yang bisa dibilang gawat. Saat itulah setan, iblis gentayangan keluar sarang mencari mangsa. Mbak Yam tiba-tiba teriak dan meracau tak jelas. Sangat tidak wajar. Matanya bergerak tidak beraturan. Suaranya bukan suara aslinya. Kesurupan.

Aku sebagai kakaknya langsung tanggap. Bik Yam diletakkan di atas pembaringan. Aku meminta Bik Yam Pulang. Tapi tidak mau. Dengan sedikit penawaran dengannya, akhirnya dia mau pulang asal diberi Jantung pisang, telur ayam, beras dan jambu biji. Setelah barang di dapat, kemudian dimasukan pada daun tawa. Aku menyuruh Bik Yam untuk pulang. Dia masih belum mau. Katanya dibohongi. Ya, memang aku memasukan beluluk sebagai ganti jambu. Pikirku toh dia tak tahu, karena kondisi sudah gelap. Akhirnya aku pergi ke pasar untuk membeli jambu. Beruntung masih ada seorang nenek yang sedang menutup kiosnya. Setelah dicari, ternyata masih ada satu biji, walau kecil. Aku membayarnya, namun di tolak. Sempat kepikiran juga apakah nenek ini manusia atau bukan. Kecil sekali kemungkinan ada nenek di pasar saat magrib dan hanya sendiria. Aku tak mempedulikannya. Aku segera pulang. Sesampai di rumah barang itu kuletakan di wadah. Bik Yam mengajak pulang tanpa diminta. Seketika itu juga Bik Yam sadar dan kembali normal. Dia kaget semua keluarga kok kumpul mengelilinginya.  

#Jan07AISEIWritingChallenge
Pentigraf, Sesajinya Belum Lengkap Pentigraf, Sesajinya Belum Lengkap Reviewed by Mohamad Bajuri on Februari 07, 2021 Rating: 5

4 komentar:

Postingan Populer

Ringkasan Materi Renang Gaya Bebas

  Penulis sedang berada di CB Kutowinangun .Dokpri. Ringkasan Materi Renang Gaya Bebas Posisi Tubuh : Telungkup: Posisi tubuh terlentang den...

Diberdayakan oleh Blogger.