Entah mengapa hari itu badan Wildan terasa hangat. Kalau badannya dicek dengan telapak tangan terasa lebih hangat dibanding dengan suhu tubuhnya saat normal. Menurut perkiraan saya saat itu suhunya kurang lebih mendekati 38 derajat celcius.
Selain tubuhnya terasa lebih panas, dia juga sedikit batuk. Efeknya dia sedikit agak aleman istilah jawanya. Untuk mengatasinya ibunya membelikan obat batuk berbentuk sirup. Hal ini dilakukan biar lebih mudah memberikannya dibandingkan dengan ketika memberikan obat dalam bentuk pil atau kapsul.
Dia memang sedikit mengalami kesulitan saat minum obat. Hanya meminum obat yang bentuknya sirup saja, itu masih dibantu dengan minum air putih sebelum dan sesudah minum obatnya. Belum lagi suaranya yang merengek-rengek aleman.
Walau sedikit merasakan badannya yang kurang sehat, tapi Wildan melalui harinya dengan aktivitas normal. Saat pagi dia tetap ikut sekolah bersama ibunya. Karena kalau di rumah tidak ada teman dan tidak ada yang membimbing belajar saat melakukan PJJ. Jadi terpaksa dia selalu dibawa-bawa kemana saja ibunya pergi. Kacian ya.
Tengah hari dia sudah ada di rumah. Aktivitasnya dia adalah salat Dhuhur, makan siang dan istirahat. Saat istirahat ini tidak mesti dilaksanakan dengan tidur siang. Kadang diisinya dengan bermain kesukaannya. Saat ini yang lagi digandrungi yaitu membuat truk dari bahan dus bekas. Suatu kali dia main di rumah, lain kali main di rumah mamak.
Selepas salat Ashar Wildan memiliki kewajiban untuk menderes hafalan dan kalau bisa menambahnya. Untuk urusan ini Wildan belajar bersama ibunya. Mungkin karena terbawa rasa kurang enak badan, dia menjalaninya kurang begitu serius.
Salat Magrib kami lakukan di rumah. Selepas salat Magrib aku menawarkan untuk membeli bakso di warung dekat jalan raya. Aku katakan padanya bahwa biasanya saat Ayah/Ibu sakit pilek makan bakso panas dan pedas untuk mengobatinya. Wildan setuju saja dengan usulanku.
Akhirnya selepas salat Isya aku dan Wildan pergi ke warung bakso yang jaraknya sekitar 700 meter dari rumah. Untuk sampai ke sana saya menaiki sepeda motor. Wildan saya bonceng di belakang.
Untungnya baksonya masih ada dan belum tutup. Harganya sangat murah. Bakso dan mie ayam satu mangkuk dibandrol dengan harga 5 k. Kata siempunya warung, kalau gak dengan harga murah, dagangannya kurang laku. Memang sih baksonya tidak bisa dibandingkan dengan bakso pada umumnya.
Semangkuk bakso dengan harga cuma 5 k, itu pembeli mendapatkan semangkuk bakso dengan mie dan bakso bulatnya cuma 2 biji. Dari segi kuahnya, terasa sangat nikmat dan pas di lidah saya. Tapi rasa bakso bulatnya terasa cilog. Aci di colok. Rasa dagingnya sangat sedikit sekali. Lumayannya kuahnya sangat nikmat, apalagi panas dan pedas cocok untuk mengusir pilek dan badan greges dari badan.
Selesai makan bakso kami ngobrol sebentar dengan pemilik warung. Ternyata pemilik warung itu hanya menyewa tempat usaha. Pemiliknya masih warga desaku, namun berdomisili di Jakarta. Sewanya sekitar 6 Jt per tahun. Setelah puas ngobrol kami pun pulang.
Secara kebetulan di dapur sampah plastiknya sudah penuh. Aku meminta Wildan untuk membuang dan membakarnya di pekarangan depan. Etikanya ketika membakar sampah atau membuat perapian tidak boleh ditinggal begitu saja sebelum api padam. Aku dan wildan menunggu sampai plastik-plastik itu terbakar. Juga memastikan tidak ada benda lain yang mudah terbakar yang ada di dekatnya. Hal ini untuk mengurangi kemungkinan terjadinya bencana kebakaran. Setelah api kecil kami berdua masuk.
Waktu malam biasanya saya gunakan untuk membuka pesan di wea. Dapur menjadi tempat yang aku pilih untuk membukanya. Alasannya di dapur dekat dengan minuman dan makanan. Merokok pun tidak begitu mengganggu anggota keluarga yang lain. Karena anggota yang lain posisinya sudah di tempat favoritnya masing-masing.
Wildan melihat ada piring dan gelas yang belum dicuci berinisiatif untuk mencucinya. Tidak butuh waktu lama untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Hanya ada beberapa piring gelas yang kotor. Dengan cekatan anak itu bisa melakukannya dengan baik. Kemudian saatnya tidur buat Wildan. Sudah menjadi tradisinya dia saat menjelang tidur memintaku untuk memijit badannya. Paling lima menitan saja sudah cukup baginya. Dengan pulasnya dia sudah mendengkur di hantar dengan pijitan penuh cinta kasih dari abahnya.
#Day26MaretAISEIWritingChallenge#Ceritakelaskuhariini
#Ceritamuridkuhariini
#Ceritaanakkuhariini
Tidak ada komentar: