Hitam di Atas Putih Niat Haji

 

Naik haji ke Baitullah adalah impian hampir setiap muslim. Rasanya sebelum bisa menunaikan ibadah tersebut status muslimnya kurang sempurna. Menunaikan ibadah haji merupakan rukun islam yang kelima.

Alhamdulillah penulis diberi kesempatan oleh Allah untuk menunaikannya pada tahun 2018 bersama isteri tercinta. Setelah menunggu sekian tahun kami bersama rombongan berangkat ke Baitullah dengan lancar tanpa kendala sedikitpun. Proses persiapan hingga kembali ke tanah air lagi berlangsung dengan mudah tanpa kendala. Alhamdulillah, rasa syukur kami panjatkan pada sang Penguasa atas nikmat yang langka ini.

Seorang muslim untuk bisa melaksanakan ibadah haji tidak semudah orang pergi jamaah ke Masjid. Karena untuk pergi ke Baitullah memerlukan beaya yang tidak sedikit. Disamping itu menuntut kondisi fisik sehat, rohani sehat dan perjalanan menuju ke sana aman, tidak sedang terjadi perang. Hal  yang paling mendasar adalah adanya niat yang sungguh-sungguh untuk pergi ke sana.

Lucunya walaupun semua persyaratan sudah ada dan mendukung, kadang ada saja seseorang membatalkan niat haji. Ada orang yang beranggapan belum bisa menjaga diri dengan status hajinya. Ada kekhawatiran dalam diri tidak mampu menyesuaikan tingkah lakunya sepulang haji dengan status hajinya, padahal umurnya sudah tua. Ada juga orang yang beralasan masih terlalu muda untuk menyandang gelar haji. Sebagian orang lagi beralasan tidak memiliki harta yang cukup untuk mendaftar haji.

Yang akan penulis bahas di sini adalah tentang niat haji dengan keterbatasan dana. Apakah mungkin dengan uang yang terbatas bisa naik haji? Jawabannya adalah sangat mungkin. Bagaimana bisa itu terjadi?

Penulis dulunya juga mengalami hal seperti itu. Bagaimana mungkin aku bisa pergi haji, sementara penghasilannya pas-pasan. Memiliki tangungan hutang di bank, kredit motor. Untuk mendaftar haji harus memiliki tabungan di Bank dua puluh lima juta tahun 2011. Kalau mau mendaftar haji suami istri kami harus menyediakan uang di tabungan sejumlah lima puluh  juta. Itu baru untuk uang mendaftar di Biro Haji Kemenag. Ditambah lagi biaya pemberangkatan dan jajan haji buat tetangga dan handai taulan. Kami hanya memiliki sumber pendapatan dari gaji PNS. Dari mana kami bisa mendapatkan beaya sebesar itu? Butuh berapa tahun untuk mengumpulkan uang sejumlah itu?

Allah Maha Pengasih dan Penyayang. Allah Maha Pemurah dan Maha Bijkasana. Atas kehendakNya kami diingatkan oleh teman sejawat sekantor. Beliau bernama Ibu Hajah Kumisri. Beliaulah yang membukakan pintu hidayah kami.

Suatu saat aku ditanya oleh beliau tentang keniatan  untuk berhaji. Katanya,” Pak, apakah pamjenengan sudah berniat haji?”.

“Ya sudah, bahkan dari dulu sudah berniat haji,” jawabku lantang.

“Buktinya apa kalau panjenengan sudah berniat haji?”

“Ya niat di dalam hati,” jawabku mantabbe.

“Itu baru niat, belum ada hitam di atas putih. Niat harus ada buktinya.  Tidak hanya niat dalam hati, wujud niat harus ada sebagai bukti dari kesungguhan niat.”

“Buktinya apa Bu Hajjah?,” tanyaku penasaran.

 “Buktinya adalah membuka tabungan haji. Walaupun panjenengan sekarang merasa belum punya uang banyak untuk ditabung, itu tidak mengapa. Yang penting buka tabungan haji dulu di bank. Panjengan bebas memilih bank mana yang sesauai dengan selera dan keyamanan. Nabungnnya juga sesuai kemampuan. Andaikan bulan ini hanya mampu dua ratus ribu, masukan saja. Bulan besok hanya mampu seratus ribu, gak masalah masukkan saja. Panjenengan tidak usah berpikir kapan uang itu akan terkumpul dua puluh lima jutanya. Itu urusan Allah, titik. Yakin bahwa  Allah akan membukakan jalan dari mana saja untuk mencukupi kebutuhan panjengan mendaftar haji. Percayallah hanya pada Allah.” Penjelasan bu Kumisri panjang lebar myakinkanku.

Semenjak pertemuan itu aku tidak langsung pergi ke bank untuk membuka tabungan haji. Aku berpikir apakah betul hal itu bisa terjadi. Rasanya masih berat untuk membuka tabungan haji mengingat setiap bulan uang kami habis tiada sisa.

Beberapa hari berselang aku bertemu beliau di sekolah. Bu hajjah menanyakan kepadaku apakah sudah membuka tabungan haji di bank. Aku menjawab dengan jujur kalau belum melangkah ke sana. Kemudian beliau dengan panjang lebar meyakinkan dan memantapkan hatiku. Kemudian aku berunding dengan istri untuk segera membuka tabungan haji di Bank BRI. Kalau tidak salah ingat dulu aku membuka tabungan hanya dengan uang tiga ratus ribu.

Pada bulan-bulan berikutnya aku hanya menabung sesuai dengan kemampuan kami saja. Kadang hanya menabung seratus lima puluh ribu, kadang dua ratus, semampunya saja. Benar saja apa yang disampaikan oleh Bu hajjah Kumisri. Tahu-tahu kami bisa mengumpulkan uang lima puluh juta rupiah dalam waktu singkat. Allah membukakan jalan untuk melunasi uang pendaftaran. Allah mempermudah jalannya sehingga kami berdua terdaftar sebagai calon jamaah haji Kabupaten Kebumen tahun 2017. 

Berdasarkan pengumuman resmi dari Kemenag Kabupatn Kebumen kami berdua terdaftar sebagai calon jamaah haji tahun 2017 sebagai cadangan. Kami pun diminta untuk membuat paspor dan persiapan administrasi lainnya sama dengan calon jamaah haji pada umumnya. Ternyata Allah berkendak untuk tidak memberangkatkan kami pada tahun 2017. Pada tahun 2018 kami berangkat ke Baitullah di gelombang awal.

Demikian kisah kami yang berkaitan dengan pergi haji. Niat penulis bukan pamer, namun hanya ingin berbagi pengalaman saja. Mohon maaf bila ada tutur kata yang kurang berkenan.

 

 

Hitam di Atas Putih Niat Haji Hitam di Atas Putih Niat Haji Reviewed by Mohamad Bajuri on Maret 01, 2022 Rating: 5

1 komentar:

  1. Masya Allah. Jadi rentang nabung sampai berangkat, berapa lama Pak?

    BalasHapus

Postingan Populer

Ringkasan Materi Renang Gaya Bebas

  Penulis sedang berada di CB Kutowinangun .Dokpri. Ringkasan Materi Renang Gaya Bebas Posisi Tubuh : Telungkup: Posisi tubuh terlentang den...

Diberdayakan oleh Blogger.