Ditemui Perempuan Cantik Berbaju Putih (Cerpen)

 Ditemui Perempuan Cantik Berbaju Putih

Karya Mohamad Bajuri
Gambar pohon sprih.dokpri


“Mas Iwan, jangan lupa nanti bensinnya diisi dulu ya. Sudah kelap kelip minta diisi,” kataku mengingat kawan yang satu ini.  Aku mengkhawatirkan kebiasaannya yang sering lupa. Mumpung masih ada kesempatan mengingatkannya. Daripada nanti dia mengalami kesulitan di perjalanan, begitu pikirku.

“Asiyaaaap Boss!!!,” sambil menaikan lengandalam posisi berdiri tegak  sambil  menempelkan kelima jarinya ke kening persis saat menghormat bendera merah putih saat upacara. Ada sebaris senyum kelegaan kulihat di sana. Mungkin merasa lega karena mendapatkan pinjaman sepeda motor untuk mengantar emaknya ke rumah sakit.

Badan tegapnya bergerak menuju sepeda motor yang sedari tadi siang aku parkir di bawah pohon rambutan di depan rumah. Sementara aku masih duduk di kursi bambu wulung kesukaanku. Ya duduk di kursi bambu wulung sambil leyeh-leyeh ditemani secangkir teh tubruk panas. Hemmmm ambyar.

Iwan bersama motornya bergerak menjauh dari halaman rumah menuju jalan setapak. Jalan setapak itu nantinya menuju ke jalan utama kampung. Aku mengikutinya dengan mataku sampai dia hilang di kelokan jalan setapak.

Suasana saat itu hampir mendekati magrib. Langit cerah dan bersih. Ada sejumlah awan tipis menumpuk di ufuk barat. Sinar senja yang indah menghiasi langit. Raja siang kadang Nampak kadang juga bersembunyi di balik awan. Senja yang indah, gumamku dalam hati.

Kebetulan rumahku berada di pinggir sawah. Sehingga saat senja seperti ini aku dengan leluasa bisa menilkmatinya. Dan aku sangat menikmati setiap senja bila ada di rumah dan tidak ada acara di luar rumah.

Saking sukanya dengan senja, gawaiku dipenuhi dengan foto dan video senja. Beberapa gambar pilihan akan aku unggah di status wea.

Ya, teras depan inilah tempat favoritku untuk duduk baik siang ataupun malam. Aku merasa nyaman duduk di sini sambil memandangi tanaman hias yang beraneka ragam . Ada pohon walisongo, sejenis tanaman beringin yang berdaun hijau putih. Jari daunnya bisa delapan atau Sembilan. Mungkin itu sebabnya pohon ini dinamakan wali songo. Tanaman ini aku taruh di meja sebagai penghias meja. Dan mataku tak jemu memandanginya.

Aku tiba-tiba teringat perkataan Iwan tadi,“Aku mau mengantar Emak periksa ke Dokter. Badannya sangat panas. Mungkin karena kakinya terkena cangkang keong waktu pergi ke sawah. Aku takut kalao terjadi apa-apa.”

“Semoga tidak terjadi apa-apa pada emaknya Iwan,” gumamku dalam hati. Kasihan, beliau sudah tua namun masih rajin pergi ke sawah. Justru ketika dilarang pergi ke sawah malah bisa menyebabkan jatuh sakit. Begitu penjelasan Iwan pernah suatu kali.

Sekitar pukul sepuluh malam Iwan ke rumahku untukmengembalikan motor. Kebetulan saat itu aku masih duduk di teras sambil menonton Swiss Open 2023. Putri KW vs Pornpawee Chochuwong dari Thailand. Pada pertemuan perempat final ini Putri KW kalah. Sebetulnya Putri sudah mengeluarkan segenap kemampuannya, namun kali ini dia sering membuat kesalahan sendiri. Sering bola kembalian Putri melebar sehingga jatuh di luar area lapangan lawan. Putri dipaksa dengan kekalahan dua set langsung  12-21 14-21 untuk Pornpawee.

Setelah berbincang sebentar Iwan pamit pulang. Bahkan dia tidak sempat duduk barang sebentar saja. Mungkin juga karena waktu sudah terlalu malam untuk bertamu.

Sebelum pulang Iwan meletakan tas kresek putih sambil berkata,” Ton, Terima kasih atas pinjaman motornya. Semoga Allah yang membalas kebaikan dengan berlipat ganda aamiin. Ini gembus kesukaan njenengan. Kebetulan tadi pas pulang melewati  Wak Paijem masih buka. Untumg belum kehabisan. Sudah ya aku pamit. Assalamualaikum!!”

“Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh,” jawabku singkat. Dengan agak tergesa Iwan meraih sepeda jengki birunya yang tadi disandarkan di bawah pohon rambutan lalu mengayuhnya.

“Hati-hati di jalan ya... Ini malam Jumat kliwon lohh,” kataku sambil sedikit teriak sambil tersenyum terkekeh.

“Asiyaaap Boss. Tenang saja, kan masih ada Gusti yang menjaga,” jawabnya sambil terus mengayuh sepedanya. Suaranya sedikit agak melemah karena bertabrakan dengan suara dedauanan yang tertiup angin agak keras.

Aku terhenyak sendiri ketika menyadari malam ini adalah malam Jumat. Segera kuraih cangkir di atas meja dengan tangan kiri. Sedangkan tangan kananku menggenggam gawai VIVO. Ada perasaan takut menyusup di dada. Tak sabar aku membuka pintu depan lalu kukunci segera setelah aku berada di dalam.

Kakiku melangkah lebar menuju kamar tidurku. Kubaringkan tubuhku di dekat istriku yang sudah tertidur pulas. Saking pulasnya kehadiranku luput darinya. Aku menghela napas dalam. Sebetulnya ingin sekali untuk membangunkannya, namun tak tega melihat kepulasan tidurnya. Aku akhirnya berdamai dengan keadaan dan menerima kondisi ini.

“Aku harus rela melalui malam ini hanya dengan tidur di sebelahnya saja. Ya sudahlah?!!,” gumamku dalam hati. Lalu aku berdoa untuk kebaikan anak istri dan semua kaum muslimin muslimat. Tak butuh waktu lama untuk memajamkan mata. Lima menit kemudian akupun sudah tertidur.

Tiga hari kemudian di pinggir kali, Aku dan Iwan sedang memancing. Bulan Maret musim panen hampir usai. Sebagian besar sawah sudah dipanen padinya. Hanya ada beberapa petak yang belum dipanen karena memang usianya belum mencukupi. Mungkin karena tanamnya dulu terlambat disbanding dengan teman-temannya.

Sungai irigasi penuh dengan air. Kata Iwan banyak ikan putihan. Akupun tergoda ajakannya sehari yang lalu. Benar saja dalam waktu kurang lebih setengah jam aku sudah mengumpulkan ikan sekitar dua puluhan. Lumayan bisa untuk lauk malam nanti.

Tiba-tiba,”Ton aku mau bilang sesuatu!”

“Ya tinggal ngomong saja apa susahnya.” Aku tak begitu serius menanggapinya. Aku masih asik dengan joran pancing. Mataku fokus pada umbul yang naik turun ditarik ikan.

“Gak Ton, ini ada kaitannya dengan motormu.”

“Memang motorku kenapa?,” sontak aku memalingkan muka karena menyangkut motorku. Kulihat wajahnya bernada serius di sana.

“Sengaja aku tidak langsung ngomong ke kamu karena aku takut kamu punya pikiran aneh-aneh tentang motormu.” Wajahnya masih serius. Ada sedikit keraguan dan kekhawatiran tersembunyi dibalik sorot matanya.

“Motorku kenapa?!!,” kali ini aku serius menanggapinya. Kutaruh joran di tanah. Rupanya ikan tadi Cuma ngemil-ngemil mempermainkan pancingku.

Setelah Iwan memastikan aku siap mendengarkannya ia pun mulai bercerita tentang kejadian yang ia alami  tiga hari yang lalu.

“Sore itu, dalam perjalanan pulang dari rumahmu dengan naik motormu sampailah aku di bulak sawah jalan kea rah rumahku. Kulihat matahari sudah tenggelam, namun belum turun gelap. Segala sesuatu masih bisa kulihat dengan jelas. Langit sore di ujung barat berwarna kuning kemerah-merahan. Burung bangau berterbangan pulang. Aku berkendara dengan kecepatan sedang sambil menikmati suasana sore yang indah. Lagi asiknya mataku memandang ke sana- ke sini menikmati alam tiba-tiba motor yang kunaiki berhenti mendadak.”

“Kok bisa mati mendadak, padahal bensin kan masih cukup sampai ke rumahmu?!,” kataku menyela Toni yang lagi bercerita..

“Ya!! Aku juga heran kenapa mesin bisa mati mendadak begitu. Kugoyang-goyang bodi motor, masih terdengar bunyinya. Kunyalakan lampu juga menyala. Setelah yakin tidak ada masalah, kunyalakan lagi mesinnya.” Badannya Tono bergoyang –goyang memperagakannya.

“Nyala apa tidak?!,” tanyaku tak sabar.

“Tidak. Kupencet berulang-ulang tetap mesin tidak mau berbunyai. Akhirnya aku turun dari motor untuk memeriksa apa yang membuat motor tidak mau berbunyi. Aku kitari motor sambil lihat ke roda, ke mesin. Tidak ada sesuatu yang aneh. Semua normal. Lalu kunaiki motor dan kupencet tombol starter. Bremmmm. Namun ketika kuputar lengan gas motor tidak mau melaju. Kuputar sedikit lebih besar tetap saja tidak mau maju. Aku merasa seperti ada yang menahan laju motornya. Kuputar gas lagi...eeh malah mesin mati.”Tangan Toni mempraktikannya sambil memutar-mutarkan kepalan tangan.

“Akhirnya kuputuskan untuk turun lagi. Aku jongkok sambil memeriksa rantai roda belakang. Kupegang dan kuraba. Tidak ada sesuatu kudapati di sekitar rantai dan roda motor. Aku pindah ke sisi lain motor. Sambil jongkok kuperiksa roda belakang. Aman. Roda depan pun kuperiksa juga. Sambil jonkok kucermati dari bagian bawah sampai bagian paling atas. Saat itulah aku melihat ada perempuan berdiri tak dekat dari posisiku. Sekitar satu meteran. Perempuan itu memakai baju putih panjang sampai menutupi kaki. Kulihat wajahnya cantik. Cantik yang belum pernah kulihat sebelumnya. Bintang film pun tidak ada yang menandinginya.

Dia tersenyum padaku. Rambut panjang hitamnya sedikit berkibar tertiup angin sore. Aku Cuma bengong saja melihatnya. Aku berpikir, ini perempuan siapa. Kok ada orang secantik ini di tengah jalan sawah. Aku tidak kenal atau belum pernah melihat dia sebelumnya. Aku pun tak tahu kapan dia datang, tahu-tahu sudah ada di depanku. Sumpah!! Dia punya wajah cantik sekali.” Jari telunjuk Toni digerakkan dari sisi kanan ke kiri di lehernya. Simbol sumpah.

“Terus dia minta bonceng tidak?,” tanyaku

“Dengarkan dulu ceritanya. Lanjut ceritanya ya?,”  Toni memintaku untukl bersabar. Aku pun hanya mengangguk.

Aku lagi kebingungan tentang siapa dia, kapan dia dating dan kenapa ada di tempat itu saat menjelang magrib, tiba-tiba aku mendengar suara motor mendekatiku dari arah belakang. Sontak aku menoleh ke belakang. Benar saja ada sepeda motor lewat. Ketika aku menoleh balik kea rah depan perempuan itu sudah tidak ada.”

“ Apa ...?! menghilang?.”

“Ya. Perempuan  itu menghilang. Kulihat keseliling tidak ada. Lalu kulihat jalan yang ada di depanku. Tak ada tanda-tanda ada orang yang sedang jalan. Suasana saat itu masih terang, sehingga aku bisa melihat dengan jelas sampai kejauhan. Perempuan itu hilang. Lalu aku berdiri untuk melanjutkan perjalanan pulang. Saat itulah aku mencium bau harum sekali. Aku tadinya tidak merasa takut. Namun bulu kudukku berdiri. Segera saja kupancet starter lalu ku putar lengan gas sekencang-kencangnya.  Wherrrr ....... Pokoknya hanya satu pikiranku. Segera sampai rumah. Begitu ceritanya.” Toni menyudahi ceritanya sambil menganggukkan kepala.

“Ton ! menurutmu serem  apa senang lihat perempuan cantik saatkemarin itu?,” tanyaku menggoda.

“Menurutku lebih senang melihat istri cantik menawarkan kopi panas dengan senyuman yang ikhlas. Yuk pulang. Waktu sudah sore, lagian hasilnya juga sudah lumayan kan?,” ajak Toni menyudahi percakapan.

Kami berdua memberesi peralatan mincing masing-masing lalu pulang .

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Ditemui Perempuan Cantik Berbaju Putih (Cerpen) Ditemui Perempuan Cantik Berbaju Putih (Cerpen) Reviewed by Mohamad Bajuri on September 04, 2023 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Postingan Populer

Ringkasan Materi Renang Gaya Bebas

  Penulis sedang berada di CB Kutowinangun .Dokpri. Ringkasan Materi Renang Gaya Bebas Posisi Tubuh : Telungkup: Posisi tubuh terlentang den...

Diberdayakan oleh Blogger.