Ditemui Perempuan Cantik Berbaju Putih
Gambar pohon sprih.dokpri |
“Mas Iwan, jangan lupa nanti bensinnya diisi
dulu ya. Sudah kelap kelip minta diisi,” kataku mengingat kawan yang satu
ini. Aku mengkhawatirkan kebiasaannya
yang sering lupa. Mumpung masih ada kesempatan mengingatkannya. Daripada nanti
dia mengalami kesulitan di perjalanan, begitu pikirku.
“Asiyaaaap Boss!!!,” sambil menaikan lengandalam
posisi berdiri tegak sambil menempelkan kelima jarinya ke kening persis
saat menghormat bendera merah putih saat upacara. Ada sebaris senyum kelegaan
kulihat di sana. Mungkin merasa lega karena mendapatkan pinjaman sepeda motor
untuk mengantar emaknya ke rumah sakit.
Badan tegapnya bergerak menuju sepeda motor
yang sedari tadi siang aku parkir di bawah pohon rambutan di depan rumah.
Sementara aku masih duduk di kursi bambu wulung kesukaanku. Ya duduk di kursi
bambu wulung sambil leyeh-leyeh ditemani secangkir teh tubruk panas. Hemmmm
ambyar.
Iwan bersama motornya bergerak menjauh dari
halaman rumah menuju jalan setapak. Jalan setapak itu nantinya menuju ke jalan
utama kampung. Aku mengikutinya dengan mataku sampai dia hilang di kelokan
jalan setapak.
Suasana saat itu hampir mendekati magrib.
Langit cerah dan bersih. Ada sejumlah awan tipis menumpuk di ufuk barat. Sinar
senja yang indah menghiasi langit. Raja siang kadang Nampak kadang juga
bersembunyi di balik awan. Senja yang indah, gumamku dalam hati.
Kebetulan rumahku berada di pinggir sawah.
Sehingga saat senja seperti ini aku dengan leluasa bisa menilkmatinya. Dan aku
sangat menikmati setiap senja bila ada di rumah dan tidak ada acara di luar
rumah.
Saking sukanya dengan senja, gawaiku dipenuhi
dengan foto dan video senja. Beberapa gambar pilihan akan aku unggah di status
wea.
Ya, teras depan inilah tempat favoritku untuk
duduk baik siang ataupun malam. Aku merasa nyaman duduk di sini sambil
memandangi tanaman hias yang beraneka ragam . Ada pohon walisongo, sejenis
tanaman beringin yang berdaun hijau putih. Jari daunnya bisa delapan atau
Sembilan. Mungkin itu sebabnya pohon ini dinamakan wali songo. Tanaman ini aku taruh
di meja sebagai penghias meja. Dan mataku tak jemu memandanginya.
Aku tiba-tiba teringat perkataan Iwan tadi,“Aku
mau mengantar Emak periksa ke Dokter. Badannya sangat panas. Mungkin karena
kakinya terkena cangkang keong waktu pergi ke sawah. Aku takut kalao terjadi
apa-apa.”
“Semoga tidak terjadi apa-apa pada emaknya
Iwan,” gumamku dalam hati. Kasihan, beliau sudah tua namun masih rajin pergi ke
sawah. Justru ketika dilarang pergi ke sawah malah bisa menyebabkan jatuh
sakit. Begitu penjelasan Iwan pernah suatu kali.
Sekitar pukul sepuluh malam Iwan ke rumahku
untukmengembalikan motor. Kebetulan saat itu aku masih duduk di teras sambil
menonton Swiss Open 2023. Putri KW vs Pornpawee Chochuwong dari Thailand. Pada
pertemuan perempat final ini Putri KW kalah. Sebetulnya Putri sudah
mengeluarkan segenap kemampuannya, namun kali ini dia sering membuat kesalahan
sendiri. Sering bola kembalian Putri melebar sehingga jatuh di luar area
lapangan lawan. Putri dipaksa dengan kekalahan dua set langsung 12-21 14-21 untuk Pornpawee.
Setelah berbincang sebentar Iwan pamit pulang.
Bahkan dia tidak sempat duduk barang sebentar saja. Mungkin juga karena waktu
sudah terlalu malam untuk bertamu.
Sebelum pulang Iwan meletakan tas kresek putih
sambil berkata,” Ton, Terima kasih atas pinjaman motornya. Semoga Allah yang
membalas kebaikan dengan berlipat ganda aamiin. Ini gembus kesukaan njenengan.
Kebetulan tadi pas pulang melewati Wak
Paijem masih buka. Untumg belum kehabisan. Sudah ya aku pamit.
Assalamualaikum!!”
“Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh,”
jawabku singkat. Dengan agak tergesa Iwan meraih sepeda jengki birunya yang
tadi disandarkan di bawah pohon rambutan lalu mengayuhnya.
“Hati-hati di jalan ya... Ini malam Jumat
kliwon lohh,” kataku sambil sedikit teriak sambil tersenyum terkekeh.
“Asiyaaap Boss. Tenang saja, kan masih ada
Gusti yang menjaga,” jawabnya sambil terus mengayuh sepedanya. Suaranya sedikit
agak melemah karena bertabrakan dengan suara dedauanan yang tertiup angin agak
keras.
Aku terhenyak sendiri ketika menyadari malam ini
adalah malam Jumat. Segera kuraih cangkir di atas meja dengan tangan kiri.
Sedangkan tangan kananku menggenggam gawai VIVO. Ada perasaan takut menyusup di
dada. Tak sabar aku membuka pintu depan lalu kukunci segera setelah aku berada
di dalam.
Kakiku melangkah lebar menuju kamar tidurku.
Kubaringkan tubuhku di dekat istriku yang sudah tertidur pulas. Saking pulasnya
kehadiranku luput darinya. Aku menghela napas dalam. Sebetulnya ingin sekali
untuk membangunkannya, namun tak tega melihat kepulasan tidurnya. Aku akhirnya
berdamai dengan keadaan dan menerima kondisi ini.
“Aku harus rela melalui malam ini hanya dengan
tidur di sebelahnya saja. Ya sudahlah?!!,” gumamku dalam hati. Lalu aku berdoa
untuk kebaikan anak istri dan semua kaum muslimin muslimat. Tak butuh waktu
lama untuk memajamkan mata. Lima menit kemudian akupun sudah tertidur.
Tiga hari kemudian di pinggir kali, Aku dan
Iwan sedang memancing. Bulan Maret musim panen hampir usai. Sebagian besar
sawah sudah dipanen padinya. Hanya ada beberapa petak yang belum dipanen karena
memang usianya belum mencukupi. Mungkin karena tanamnya dulu terlambat
disbanding dengan teman-temannya.
Sungai irigasi penuh dengan air. Kata Iwan
banyak ikan putihan. Akupun tergoda ajakannya sehari yang lalu. Benar saja
dalam waktu kurang lebih setengah jam aku sudah mengumpulkan ikan sekitar dua
puluhan. Lumayan bisa untuk lauk malam nanti.
Tiba-tiba,”Ton aku mau bilang sesuatu!”
“Ya tinggal ngomong saja apa susahnya.” Aku tak
begitu serius menanggapinya. Aku masih asik dengan joran pancing. Mataku fokus
pada umbul yang naik turun ditarik ikan.
“Gak Ton, ini ada kaitannya dengan motormu.”
“Memang motorku kenapa?,” sontak aku
memalingkan muka karena menyangkut motorku. Kulihat wajahnya bernada serius di
sana.
“Sengaja aku tidak langsung ngomong ke kamu
karena aku takut kamu punya pikiran aneh-aneh tentang motormu.” Wajahnya masih
serius. Ada sedikit keraguan dan kekhawatiran tersembunyi dibalik sorot
matanya.
“Motorku kenapa?!!,” kali ini aku serius
menanggapinya. Kutaruh joran di tanah. Rupanya ikan tadi Cuma ngemil-ngemil
mempermainkan pancingku.
Setelah Iwan memastikan aku siap
mendengarkannya ia pun mulai bercerita tentang kejadian yang ia alami tiga hari yang lalu.
“Sore itu, dalam perjalanan pulang dari rumahmu
dengan naik motormu sampailah aku di bulak sawah jalan kea rah rumahku. Kulihat
matahari sudah tenggelam, namun belum turun gelap. Segala sesuatu masih bisa
kulihat dengan jelas. Langit sore di ujung barat berwarna kuning
kemerah-merahan. Burung bangau berterbangan pulang. Aku berkendara dengan
kecepatan sedang sambil menikmati suasana sore yang indah. Lagi asiknya mataku
memandang ke sana- ke sini menikmati alam tiba-tiba motor yang kunaiki berhenti
mendadak.”
“Kok bisa mati mendadak, padahal bensin kan
masih cukup sampai ke rumahmu?!,” kataku menyela Toni yang lagi bercerita..
“Ya!! Aku juga heran kenapa mesin bisa mati
mendadak begitu. Kugoyang-goyang bodi motor, masih terdengar bunyinya.
Kunyalakan lampu juga menyala. Setelah yakin tidak ada masalah, kunyalakan lagi
mesinnya.” Badannya Tono bergoyang –goyang memperagakannya.
“Nyala apa tidak?!,” tanyaku tak sabar.
“Tidak. Kupencet berulang-ulang tetap mesin
tidak mau berbunyai. Akhirnya aku turun dari motor untuk memeriksa apa yang
membuat motor tidak mau berbunyi. Aku kitari motor sambil lihat ke roda, ke
mesin. Tidak ada sesuatu yang aneh. Semua normal. Lalu kunaiki motor dan
kupencet tombol starter. Bremmmm. Namun ketika kuputar lengan gas motor tidak mau
melaju. Kuputar sedikit lebih besar tetap saja tidak mau maju. Aku merasa
seperti ada yang menahan laju motornya. Kuputar gas lagi...eeh malah mesin
mati.”Tangan Toni mempraktikannya sambil memutar-mutarkan kepalan tangan.
“Akhirnya kuputuskan untuk turun lagi. Aku
jongkok sambil memeriksa rantai roda belakang. Kupegang dan kuraba. Tidak ada
sesuatu kudapati di sekitar rantai dan roda motor. Aku pindah ke sisi lain
motor. Sambil jongkok kuperiksa roda belakang. Aman. Roda depan pun kuperiksa
juga. Sambil jonkok kucermati dari bagian bawah sampai bagian paling atas. Saat
itulah aku melihat ada perempuan berdiri tak dekat dari posisiku. Sekitar satu
meteran. Perempuan itu memakai baju putih panjang sampai menutupi kaki. Kulihat
wajahnya cantik. Cantik yang belum pernah kulihat sebelumnya. Bintang film pun
tidak ada yang menandinginya.
Dia tersenyum padaku. Rambut panjang hitamnya
sedikit berkibar tertiup angin sore. Aku Cuma bengong saja melihatnya. Aku
berpikir, ini perempuan siapa. Kok ada orang secantik ini di tengah jalan
sawah. Aku tidak kenal atau belum pernah melihat dia sebelumnya. Aku pun tak
tahu kapan dia datang, tahu-tahu sudah ada di depanku. Sumpah!! Dia punya wajah
cantik sekali.” Jari telunjuk Toni digerakkan dari sisi kanan ke kiri di lehernya.
Simbol sumpah.
“Terus dia minta bonceng tidak?,” tanyaku
“Dengarkan dulu ceritanya. Lanjut ceritanya
ya?,” Toni memintaku untukl bersabar.
Aku pun hanya mengangguk.
Aku lagi kebingungan tentang siapa dia, kapan
dia dating dan kenapa ada di tempat itu saat menjelang magrib, tiba-tiba aku
mendengar suara motor mendekatiku dari arah belakang. Sontak aku menoleh ke
belakang. Benar saja ada sepeda motor lewat. Ketika aku menoleh balik kea rah
depan perempuan itu sudah tidak ada.”
“ Apa ...?! menghilang?.”
“Ya. Perempuan
itu menghilang. Kulihat keseliling tidak ada. Lalu kulihat jalan yang
ada di depanku. Tak ada tanda-tanda ada orang yang sedang jalan. Suasana saat
itu masih terang, sehingga aku bisa melihat dengan jelas sampai kejauhan. Perempuan
itu hilang. Lalu aku berdiri untuk melanjutkan perjalanan pulang. Saat itulah
aku mencium bau harum sekali. Aku tadinya tidak merasa takut. Namun bulu
kudukku berdiri. Segera saja kupancet starter lalu ku putar lengan gas
sekencang-kencangnya. Wherrrr ....... Pokoknya
hanya satu pikiranku. Segera sampai rumah. Begitu ceritanya.” Toni menyudahi
ceritanya sambil menganggukkan kepala.
“Ton ! menurutmu serem apa senang lihat perempuan cantik saatkemarin
itu?,” tanyaku menggoda.
“Menurutku lebih senang melihat istri cantik
menawarkan kopi panas dengan senyuman yang ikhlas. Yuk pulang. Waktu sudah
sore, lagian hasilnya juga sudah lumayan kan?,” ajak Toni menyudahi percakapan.
Kami berdua memberesi peralatan mincing
masing-masing lalu pulang .
Tidak ada komentar: